TAIZÉ

Pertemuan di Filipina

Gaung dari persiapan pertemuan di Manila

 
Beberapa orang bruder tiba di Filipina pada awal bulan Mei yang lalu. Setelah melakukan beberapa kunjungan di sepanjang tahun , termasuk acara-acara retret di berbagai daerah negeri tersebut serta juga kunjungan-kunjungan singkat di bulan-bulan terakhir, mereka saat ini tinggal di Metro Manila hingga bulan Maret 2010. Tujuan mereka tinggal di sana ialah untuk mempersiapkan pertemuan yang akan diselenggarakan pada 3 hingga 7 Februari 2010.

“Walaupun sedikit yang bisa kita lakukan, kita harus dapat melakukannya”

Kaum muda Filipina yang pernah tinggal selama beberapa waktu di Taizé berhimpun bersama guna mengikuti acara akhir pekan di bulan Juni. Salah satu kelompok mempertunjukkan kebolehan mereka berteater di hadapan para peserta lainnya. Mereka menampilkan keragaman situasi kehidupan sehari-hari kaum muda masa sekarang: tantangan-tantangan dalam kehidupan pribadi mereka, pergumulan di tengah keluarga dan di tengah-tengah pergaulan dengan teman-teman mereka, ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Semua orang dapat dengan jelas melihat bahwa saat ini ada begitu banyak harapan dalam kehidupan kaum muda Filipina namun juga ada begitu banyak tantangan yang harus mereka hadapi. Kadang kala seseorang dapat dengan mudah merasa putus asa. Namun pesan dari teater ini tersampaikan dengan jelas. Di akhir pertunjukkan mereka berbaris sejajar dan menyerukan kalimat yang mereka sarikan dari “Surat dari Kenya”: “Walaupun sedikit yang bisa kita lakukan, kita harus dapat melakukannya.” Setiap orang diundang untuk ikut serta dalam pembangunan masa depan melalui sumbangsih talenta dan karunia-karunia yang mereka miliki, terutama di tempat di mana Tuhan telah menempatkan mereka. Kadangkala apa yang dapat kita lakukan terlihat kecil namun adalah penting untuk segera mulai melakukannya. Setiap orang diundang untuk menghayati kalimat: “Walaupun sedikit yang bisa kita lakukan, kita harus dapat melakukannya.”

“Iman percaya” adalah tema utama dari keempat workshop yang ditawarkan pada pertemuan di sore itu. Para peserta dapat memilih salah satu aspek dari iman percaya, merenungkan tantangan-tantangan yang ada, kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat menghayati iman percaya ini dalam kehidupan nyata.

Salah satu kelompok merenungkan bersama tentang iman percaya sebagai perjalanan batin menuju Allah, juga merupakan sebuah pertanyaan tentang bagaimana kita dapat saling membantu untuk memperdalam iman satu sama lain? Tema lainnya adalah “Bagaimana kita dapat menjadikan gereja kita sebagai tempat di mana iman percaya dapat hidup?”, tema ini didasarkan pada undangan yang disampaikan oleh bruder Alois sendiri: “Paroki-paroki/ jemaat-jemaat setempat pertama-tama dapat menjadi tempat di mana kebaikan hati dan iman percaya dapat bertumbuh, serta sebagai tempat yang penuh dengan keramahan, di sana kita menjadi peka terhadap mereka yang paling lemah!”

Kelompok lainnya merenungkan bersama tentang bagaimana membangun iman percaya dalam masyarakat. Usaha ini melibatkan semua orang tanpa kecuali dan usaha ini tidak memberi kesempatan pada ketidakpedulian serta sekat-sekat dalam masyarakat terbentuk. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan mendesak di negeri ini karena mereka sedang mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan Pemilu Presiden di tahun 2010.

Seluruh peserta acara akhir pekan tersebut merupakan tokoh-tokoh aktif dalam komisi kepemudaan dan masing-masing pernah meluangkan waktu antara tahun 1995 dan 2009 tinggal di Taizé selama tiga bulan. Di Taizé mereka membagikan pengalaman mereka sebagai pemuda kristen di Filipina kepada kaum muda kristen yang datang dari berbagai penjuru dunia. Saat ini mereka menanti-nantikan dengan tidak sabar untuk dapat membagikan apa yang telah mereka alami di Taizé kepada banyak dari rekan-rekan di negara mereka sendiri pada saat diselenggarakan pertemuan di bulan Februari 2010 yang akan datang. Retret tersebut merupakan bagian dari persiapan “ziarah iman”. Selama berlangsungnya acara retret ini, semakin jelas terlihat bahwa tahapan-tahapan persiapan yang dilakukan haruslah berakar secara mendalam dalam doa dan dalam Injil. Bagaimana kita dapat memperbarui iman percaya kita kepada Allah melalui doa, nyanyian dan saat hening serta bagaimana kita dapat menghayati dalam kehidupan sehari-hari iman percaya sebagai sebuah kenyataan injili yang indah. Setelah perayaan Ekaristi dan makan siang, para peserta kembali ke rumah mereka masing-masing, iman mereka disegarkan kembali dan dengan iman percaya yang telah diperbarui: iman percaya kepada Allah, kepada sesama manusia dan akan masa depan yang sungguh ada.

Terakhir diperbaharui: 15 Juli 2009