TAIZÉ

Santiago de Chile 2010

Doa yang melampaui dinding-dinding pembatas

 
Pada akhir bulan September, seorang bruder dan seorang relawan dari tim persiapan melakukan kunjungan ke berbagai sekolah dan paroki-paroki di Keuskupan San Felipe. Setelah tiga hari kunjungan di Keuskupan ini, mereka berkunjung ke sebuah Gereja Baptis di Quillota, di sana mereka mengundang para kaum muda untuk ikut ambil bagian dalam pertemuan di bulan Desember.

Pablo, seorang relawan dari Bolivia menceritakan pengalamannya selama kunjungan:

Pada perhentian pertama, kami bertemu dengan para kaum muda dari beberapa SMU yang perbedaan status sosial satu sama lain namun mereka semua memusatkan perhatian kepada Kristus dan keinginan untuk ikut serta dalam pertemuan tersebut. Di sanalah muncul sebuah pertanyaan dalam diri saya ... Mungkinkah para kaum muda yang berasal dari situasi sosial yang berbeda ini dapat menyambut Kristus dalam hati mereka?, Keraguan ini terjawab melalui acara-acara doa yang kami adakan di San Felipe, di mana terlepas dari perbedaan status sosial dan paroki, para kaum muda duduk bersama dan berdoa di sekeliling Yesus. Pada awal doa banyak kaum muda menyadari bahwa mereka kenal dengan nyanyian-nyanyian dari Taizé, karena di Chile nyanyian-nyanyian tersebut banyak digunakan dalam perayaan-perayaan Ekaristi, dan sedikit dari mereka yang tahu bahwa nyanyian-nyanyian ini berasal dari Taizé. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam diriku tadi terjawab namun Tuhan telah menjawabnya bahkan lebih jauh lagi.

Saat tiba di Quillota, yang merupakan perhentian kedua kami, pendeta Gereja Baptis di kota ini menyambut kami dengan tangan terbuka dan keesokan harinya kami adakan sebuah acara doa bersama di Gerejanya, dan sekali lagi kekhawatiran dan pertanyaan muncul dalam benak saya, "akankah para kaum muda ini menyambut undangan kami untuk berdoa bersama walaupun kita tahu bahwa kita berasal dari kristiani yang berbeda? Apakah mereka akan menyambut baik undangan untuk ikut serta dalam peziarahan iman?, bahkan aku bertanya-tanya, Hal-hal apakah yang lantas menjadiperbedaan antara dua tradisi ini: Katolik dan Baptis?

Doa dimulai dalam suasana yang khidmad di mana sekali lagi Kristus menjadi pusat dari segala sesuatu dan bukan perbedaan kami dan dalam keheningan saya menyadari bahwa mungkin tidaklah terlalu penting kemeja yang dikenakan setiap orang atau bendera yang kita kibarkan; tidak pula terlalu penting diding-dinding pemisah karena di sekeliling Allah, doa yang kita panjatkan membawa kita jauh melampaui diding-dinding tersebut. Kitapun dimampukan untuk melihat hakikat dari keberadaan sesama yang lain. Kita lihat diri kita secara keseluruhan sebagai insan berpribadi dan lebih utama lagi sebagai anak-anak Allah yang sama-sama mengikut Kristus ... Hal inilah yang menurut saya merupakan kesan dan pengalaman yang paling utama dari perjalanan ini.

Catalina, seorang pemudi Katolik dari Quillota, bekerja di Pelayanan bagi Kaum Muda sejak beberapa tahun yang lalu; tahun lalu dia tinggal di Taizé selama tiga bulan, membagikan pengalamannya:

"Berkat ziarah kepercayaan yang akan diadakan akhir tahun ini di Chile, beberapa hari yang lalu kami memiliki kesempatan untuk berbagi acara doa bersama dengan Gereja Baptis. Ketika saya mendengar berita ini, serta-merta saya merasa sangat senang ini. Saya merasa bahwa akhirnya muncul kesempatan untuk mengenal umat Kristiani lain yang hidup begitu dekat dengan kita tapi yang belum pernah kita lihat. Di Taizé, kami dapat saling berbagi dengan mereka yang berasal dari tradisi kritiani lainnya dan kami bersama-sama merayakan Iman dan pengharapan kami tanpa melihat perbedaan kami sebagai unsur penghalang. Sebaliknya, perbedaan ini menjadi jalan untuk bisa saling memperkaya. Di Chile, umat kristiani seringkali terkotak-kotak dan tidak memiliki ruang dan kesempatan yang cukup untuk saling berbagi.

Saya harus mengakui bahwa saat pertama kali melangkahkan kaki ke sebuah gereja Baptis, saya masuk dengan sedikit rasa cemas dan takut. Bukan oleh karena para warga gereja ini, tetapi karena tidak tahu bagaimana menanggapi perbedaan-perbedaan yang ada di antara kami. Datang hari pelaksanaan doa dan semua ketakutan lenyap seketika. Setiap warga gereja ini memiliki sikap terbuka dan menyambut kami dengan hangat. Saat itulah saya mulai berpikir bahwa kita harus selalu memiliki sikap seperti ini dan bahwa sebenarnya segala jenis ketakutan saya tidak berdasar. Seringkali kita memiliki irama hidup yang sangat cepat dan kita memusatkan perhatian pada pemenuhan kewajiban-kewajiban kita, kita berlari dari satu sisi ke sisi lainnya dan melupakan betapa pentingnya bagi kita untuk memberikan waktu yang cukup. Waktu untuk menyambut saudara kita tanpa pamrih dan mendengarkannya. Menyambut mereka dengan tangan terbuka. Saya pikir hal ini merupakan hal yang sangat mendasar agas setiap insan benar-benar bisa bertemu satu sama lain. Inilah hal yang saya temukan saat berada di Taizé namun juga yang saya temukan saat berdoa bersama dengan saudara-saudari dari Gereja Baptis.

Melalui pengalaman ini, saya belajar lebih banyak tentang apa yang sebenarnya menjadi hakikat dari penyambutan yang kita berikan kepada sesama manusia dan apa artinya hadir secara penuh sebagai pribadi atas kasih yang dapat kita berikan kepada mereka. Saat belajar untuk menghargai apa yang menyatukan kita dan bukan untuk lebih dulu melihat perbedaan-perbedaan kita. Dengan jalan ini, sungguh indah dapat merenungkan bagaimana Allah mengundang kita untuk rujuk kembali sebagai satu keluarga umat manusia melalui langkah-langkah seperti ini."

Sebagai persiapan untuk Ziarah Iman di bulan Desember, mereka merencanakan untuk mempersiapkan dan mengadakan acara doa bersama dengan nyanyian-nyanyian Taizé di bulan November. Doa ini akan diadakan di Gereja Baptis Quillota.

Terakhir diperbaharui: 13 Nopember 2010